MAKALAH
EKOLOGI TUMBUHAN
“ANALISIS VEGETASI”
OLEH:
KELOMPOK III
ROBI SEPRIANANDA
RIKHA RAMA ZALMI
CHAKRA WIRANGGA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
ANALISIS
VEGETASI
Vegetasi merupakan kumpulan
tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama
pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat
interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang
hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Vegetasi, tanah dan iklim
berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang
spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain
karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu
sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah
suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk
(struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan
analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penvusun hutan tersebut. Dengan analisis
vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
suatu komunitas tumbuhan.
Berdasarkan tujuan pendugaan
kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1)
pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan
berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3)
melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu
atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).
Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini,
yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagi
konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting
adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang
ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini
adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi vegetasi secara alami itu
sendiri.
Jika berbicara mengenai vegetasi,
kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan
komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen
tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shrub): Tumbuhan yang memiliki kayu yang
cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak sub tangkai.
2. Epifit (Epiphyte):
Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma).
Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit. Tumbuhan epifit adalah tumbuhan yang menumpang pada
tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya. Namanya dibentuk dari bahasa Yunani: epi-,
permukaan atau tutup, dan phyton, tumbuhan atau pohon. Berbeda dengan parasit, epifit dapat sepenuhnya
mandiri, lepas dari tanah sebagai penyangga dan penyedia hara bagi
kehidupannya, maupun dari hara yang disediakan tumbuhan lain. Air diperoleh
dari hujan, embun, atau uap air. Hara mineral diperoleh dari debu atau hasil
dekomposisi batang serta sisa-sisa bagian tumbuhan lain yang terurai. Meskipun
tidak “mencuri” hara dari tumbuhan yang ditumpanginya, epifit dapat menjadi
pesaing terhadap ketersediaan cahaya. Akar epifit kadang-kadang juga menutupi
dan menembus batang pohon yang ditumpangi sehingga merusak keseimbangan
fisiologi tumbuhan inangnya.
Contoh epifit yang populer adalah
berbagai macam anggrek, dan nanas-nanasan (bromeliad).
3. Paku-pakuan (Fern):
Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan
berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4. Palma (Palm): Tumbuhan yang tangkainya
menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi, tidak bercabang sampai daun
pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak
daun.
5. Pemanjat (Climber):
Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat
atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar. Tumbuhan pemanjat
ini disebut juga dengan Liana. Suatu tumbuhan dikatakan liana
apabila dalam pertumbuhannya memerlukan kaitan atau objek lain agar ia dapat
bersaing mendapatkan cahaya matahari. Liana dapat pula dikatakan tumbuhan yang
merambat, memanjat, atau menggantung. Berbeda dengan epifit yang mampu
sepenuhnya tumbuh lepas dari tanah, akar liana berada di tanah atau paling
tidak memerlukan tanah sebagai sumber haranya.
Tumbuhan memanjat ini paling banyak
ditemukan di hutan-hutan tropika. Contohnya adalah jenis-jenis rotan, anggur,
serta beberapa Cucurbitaceae (suku labu-labuan). Liana biasanya bukan parasit
namun ia dapat melemahkan tumbuhan lain yang menjadi penyangganya dan
berkompetisi terhadap cahaya.
Di hutan-hutan lebat yang dipenuhi
liana, hewan-hewan arboreal (hidup di pohon) dapat dengan leluasa berpindah
dari satu pohon ke pohon lain melalui liana atau dengan bergelantungan pada
batang liana. Berbagai kera, seperti siamang dan owa, dikenal sebagai
penjelajah pohon yang ulung melalui liana.
6. Terna (Herb): Tumbuhan yang merambat ditanah,
namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya
memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki
tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
Terna adalah tumbuhan yang batangnya
lunak karena tidak membentuk kayu. Tumbuhan semacam ini dapat merupakan
tumbuhan semusim, tumbuhan dwimusim, ataupun tumbuhan tahunan. Yang dapat
disebut terna umumnya adalah semua tumbuhan berpembuluh (tracheophyta).
Biasanya sebutan ini hanya dikenakan bagi tumbuhan yang berukuran kecil (kurang
dari dua meter) dan tidak dikenakan pada tumbuhan non-kayu yang merambat
(digolongkan tumbuhan merambat).
Di daerah tropika banyak dijumpai
terna yang tahunan, sementara di daerah beriklim sedang terna biasanya sangat
bersifat musiman: bagian aerial (yang tumbuh di atas permukaan tanah) luruh dan
mati pada musim yang kurang sesuai (biasanya musim dingin) dan tumbuh kembali
pada musim yang sesuai.
Salvia lyrata, suatu jenis terna.
7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu
besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran
diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon
dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
a. Semai (Seedling):
Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m.
b. Pancang (Sapling): Permudaan dengan tinggi 1.5
m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Tiang (Poles): Pohon
muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
A.
METODE
ANALISIS VEGETASI
Dalam ilmu
vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi
yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat
seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap
harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
1. Metode Destruktif
(Pengukuran yang bersifat merusak)
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami
jumlah materi organik yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan.
Variable yang dipakai bisa diproduktivitas primer, maupun biomasa. Dengan
demikian dalam pendekatan selalu harus dilakukan penuain atau berarti melakukan
perusakan terhadap vegetasi tersebut.
Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk
vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter
persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar
materi hidup atau berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan
kualitas suatu padang rumput dengan usaha pencairan lahan penggembalaan dan
sekaligus menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode
ini adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi
tumbuhan.
2. Metode non Destruktif
(Pengukuran yang bersifat tidak merusak)
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara
pendekatan, yaitu berdasarkan penelaahan organisme hidup/tumbuhan (tidak didasarkan
pada taksonominya), dan pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan
organisme tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.
a. Metode non-destruktif, non-floristika
Metode non-floristika telah dikembangkan
oleh banyak pakar vegetasi. Seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan
Dansereau (1951), yang kemudian diekspresikan oleh Eiten (1968) dan Unesco
(1973) dan serau membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk
hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan
penutupan. Untuk setiap karakteristiknya di bagi-bagi lagi dalam sifat yang
kebih rinci, yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan
gambar.
Bentuk Hidup Metode ini, klasifikasi bentuk
vegetasi, biasanya dipergunakan dalam pembuatan peta vegetasi dengan skala kecil
sampai sedang, dengan tujuan untuk menggambarkan penyebaran vegetasi
berdasarkan penutupannya, dan juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya.
Untuk memahami metode non-floristika ini
sebaiknya kita kaji dasar-dasar pemikiran dari beberapa pakar tadi. Pada
prinsipnya mereka berusaha mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya,
jadi pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi sama sekali diabaikan, mereka
membuat klasifikasi tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.
b. Metode non destruktif
floristika
Metode ini dapat menentukan kekayaan
floristika atau keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan
terhadap semua populasi spesies pembantuk masyarakat tumbuhan tersebut, jadi
dalam hal ini pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah
mutlak diperlukan. Dalam pelaksanaanya ditunjang dengan variabel-variabel yang
diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun komposisi vegetasi.
B. LANGKAH KERJA ANALISIS
VEGETASI
Secara umum langkah kerja Analisis Vegetasi untuk
menguraikan komunitas tumbuhan dibagi atas 2 tahap, yaitu:
1.
Analisis Karakter (Analytical
Characters)
Analisis karakter terdiri atas:
a. Analisis kuantitatif, memberikan
data komunitas yang berkenaan dengan jumlah dan ukuran komunitas. Pada analisis
kuantitatif ada 3 parameter penting yang diukir dari satu komunitas:
1. Kekerapan (frekuensi), berkenaan
dengan keseragaman/keteraturan sebaran dari suatu tumpukan dalam suatu
komunitas. Kekerapan digambarkan dengan persentase kehadiran jenis tersebut
dalam petak-petak contoh (plot).
Frekuensi = Jumlah petak contoh yang ditempati suatu
jenis
Jumlah semua petak yang
dibuat
FR = Jumlah petak contoh yang
ditempati suatu jenis X 100%
Total frekuensi seluruh jenis
2. Kerapatan (densitas), merupakan
jumlah individu suatu jenis yang terdapat dalam suatu area contoh.
Densitas = Jumlah individu suatu jenis
Luas
area sampel
Densitas Relatif = Jumlah individu suatu jenis X 100%
Total densitas seluruh jenis
3. Dominansi, merupakan luas tutupan
atau penguasaan suatu jenis tumbuhan terhadap bidang dasar pada suatu
komunitas. Dominansi dapat diukur dengan:
a. Cover (kelindungan atau tutupan
tajuk)
Dominansi = luas cover suatu
jenis
Luas area sampel
b. Basal area, luas area dekat permukaan
tanah yang dikuasai suatu jenis tumbuhan.
Dominansi = luas basal area suatu
jenis X 100%
Total dominansi seluruh
jenis
2.
Sintesis Karakter
Sintesis
karakter dipakai untuk membedakan antara bebagai komunitas. Namun diantara
parameter itu bila dikombinasikan menampilkan corak yang lebih berguna untuk
perumpunan.
C.
PARAMETER
DALAM ANALISIS VEGETASI
a. Parameter Kuantitatif
dalam Analisis Vegetasi
1. Kerapatan (Density)
Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu
jenis tumbuhan pada tiap petak contoh. Jumlah individu yang dinyatakan dalam
persatuan ruang disebut kerapatan (Odum 1975) yang umumya dinyatakan sebagai
jumlah individu atau biosmasa populasi persatuan areal atau volume, misal 200
pohon per Ha
2. Dominasi (Tutupan)
Tutupan menyangkut luas tanah yang ditempati
oleh bagian tumbuhan di atas tanah seperti yang tampak dari atas. Tutupan
ditasir dari sejumlah contoh dan diberi batasan sebagai perbandingan bagian
(biasanya dinyatkan sebagai persentase) tanah yang ditempati spesies yang ada.
Mengingat sifat tumpang tindih dari bagian
tumbuhan, persentase seluruh tutupan sering lebih dari 100% untuk menghindari
kesalahan ini ada kalanya dipakai tutupan nisbi yaitu besarnya tutupan suatu
spesies sebagai persentase darikeseluruhan luas semua spesies dan tanah gundul
dalam suatu habitat tertentu. Dengan cara ini maka angka keseluruhannya tidak
akan melebihi 100%.
Dominansi dinyatakan dengan istilah
kelindungan (coverage) atau luas basal atau biomassa atau volume.
a.
Kelindungan adalah : proyeksi
vertical dari tajuk (canopy) suatu jenis pada area yang diambil
samplingnya,dinyatakan dalam persen luas secara penaksiran. Dapat dinyatakan
berdasar penaksiran dengan kelas.
b.
Luas basal
Satuan
ini iasa di gunakan untuk jenis jenis yang berkelompok atau membentuk rumpun
dengan batas yang jelas.
c.
Biomassa
Tumbuhan
dipotong diatas tanah dan dikeringkan dalam pengering kemudian di timbang berat
keringnya. Dengan mengukur tinggi masing masing jenis kita dapat mengetahui
pula hubungan tinggi dan beratnya. Cara ini baik unuk memperbandingkan stadia
pertumbuhan gulma.
d.
Volume
Dihitung
dengan rata rata luas basal x rata rata
tinggi x jumlah suatu jenis
3. Frekuensi (kekerapan)
Kekerapan menyangkut tingkat keseragaman
terdapatnya individu suatu spesies di dalam suatu daerah. Kekerapan diukur dengan mencatat ada atau tidaknya suatu spesies
dalam daerah contoh atau luas yang secara idealnya tersebar secara acak di
seluruh daerah yang dikaji.
Karenanya kekkerapan dikatakan sebagai
persentase dari seluruh daerah contoh atau luas yang dipakai yang di dalmnya
terdapat spesies tertentu. Misalnya suatu spesies ditemukan dlam 15 dari 30
contoh. Maka kekerapannya adalah 50 %. (Ewusie,
1990: 73)
Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977)
membagi fekuensi dalm lima kelas berdasarkan besarnya persentase,yaitu:
• Kelas A dalam Frekuensi 01 –20 %
• Kelas B dalam frekuensi 21-40 %
• Kelas C dalm frekuensi 41-60%
• Kelas D dalam frekuensi 61-80 %
•
Kelas E dalam frekuensi 81-100%
4. Indek Nilai Penting (importance
value Indeks)
Merupakan jumlah nilai nisbi kedua atau
ketiga parameter diatas.
b. Parameter Kualitatif dalam
Analisis Komunitas Tumbuhan
1.
Fisiognomi
Fisiognomi dalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan yang
dapat di deskripsikan berdasarkan penampakan spesies tumbuhan dominan, penampakan
tinggi tumbuhan, dan warna dari tumbuhan yang tampak dari mata.
2.
Fenologi
Fenologi adalah perwujudan pross pada setiap fase dalam siklus hidupnya.
3.
Periodisitas
Periodisitas adalah kejadian musiman dan berbagai proses dalam
kehidupan tumbuhan.
4.
Stratifikasi
Distribusi tumbuhan dalam ruangan vertical. Semua spesies tetumbuhan
dalam komunitas tidak sama ukuran nya,serta secara vertical tidak menempati
ruangan yang sama.
5.
Kelimpahan
Parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi relative spesies
organisme dalam komunitas. Kelimpahan pada umumnya berhubungan dengan densitas
berdasarkan penaksiran kualitatif. Menurut penaksiran kualitatif kelimpahan
dikelompokkan menjadi 5,yaitu :
a.
Sangat jarang
b.
Kadang-kadang/jarang
c.
Sering /tidak banyak
d.
Banyak /berlimpah-limpah
e.
Sangat banyak/sangat berlimpah
6.
Penyebaran adalah parameter
kualitatif yang menggambarkan keberadaan spesies organism pada ruang secara
horizontal. Penyebaran tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 anatara lain:
Random, seragam dan berkelompok.
7.
Daya hidup atau vitalitas,
tingkat keberhasilan tumbuhan untuk hidup dan tumbuh normal, serta kemampuan
untuk bereproduksi
8.
Bentuk pertumbuhan,
penggolongan tumbuhan menurut bentuk pertumbuhannya, habitat atau menurut
karakteristik lainya. (Indriyanto.2006:139-142)
DAFTAR PUSTAKA
Abiezasite. 2011. http://abiezasite.blogspot.com/2014/01/bismillah-laporan.html
Ewusie,
Yanney. 1990. Ekologi Tropika.
Bandung: ITB
Gapala.
2009. http://www.gapala-smadah.co.cc/2009/01/analisa-vegetasi.html
Indriyanto.
2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi
Aksara
Iqbalali. 2008. http://iqbalali.com/2008/02/25/70/
Odum,
Eugene. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.
Yogyakarta: UGM Press
Syamsurizal.
1999. Pengantar Ekologi Tumbuhan.
Padang: FMIPA UNP
Zaif.
2009. http://zaifbio.wordpress.com/2014/01/30/deskripsi-dan-analisis-vegetasi-floristika-dan-non-floristika/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar