Tumbuhan
dalam Kompleksitas
Lingkungan
A.
Hukum
minimun
Tahun 1940 Justus
Lieberg menulis tentang hasil panen bergantung pada zat makanan atau nutrien
tanah yang paling terbatas jumlahnya. Kemudian masalah ini diperluas sehingga definisinya menjadi pertumbuhan
atau distribusi spesies bergantung pada satu factor lingkunga yang paling
penting dalam kebutuhannya.
Validitas
hukum tersebut telah diperlihatkan dibanyak tempat diseluruh dunia antara lain:
1.
Pertumbuhan
jelek Tripolium di Australia, jelas sebagai hasil kondisi tanah yang kurang/
defisiensi dalam mikro nutrein,Cu,Zn atau Mo dengan penambahan Cu sulfat dan Zn
sulfat yang hanya 6,8 kg per hektar setiap 4-10 tahun ternyata dapat menaikkan pertumbuhan
vegetasi daerah tersebut sebesar 300 %.
2.
Pemberian
sedikit sodium molybdat (1400 gr) perhektar setia 5-10 tahun dapat menaikkan
hasil padang rumput 6-7 kali
3.
Di
Inggris golongan Colcilah tertentu akan mati jika pH turun dibawah 5
4.
Di
California kelimpahan semak Chapparal menyusut bila tanah berubah menjadi
serpentine (kalsium sangat rendah). (Burnie, David. 2005)
Untuk dapat bertahan
hidup di dalam keadaan tertentu , suatu organisme harus memiliki bahan-bahan
yang penting yang diperlakukan untuk pertumbuhan dan berkembang biak.
Keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan dengan keadaan. Di
bawah keadaan-keadaan mantap bahan yang penting yang tersedia dalam jumlah
paling dekat mendekati minimum yang genting yang diperlukan cenderung merupakan
pembatas. Hukum minimum ini kurang dapat diterapkan di bawah “keadaan
sementara” apabila jumlah, dan karenanya pengaruhnya dari banyak bahan sangat
cepat berubah.
Gagasan bahwa sesuatu
organisme tidak lebih kuat daripada rangkaian terlemah dari rantai kebutuhan
ekologinya pertama kali dinyatakan oleh Justus Liebig dalam tahun 1840. Liebig
merupakan perintis dalam pengkajian pengaruh berbagai faktor terhadap pertumbuhan
tumbuh-tumbuhan. Dia menemukan bahwa hasil tanaman seringkali dibatasi tidak
oleh hara yang diperlukan dalam jumlah banyak, seperti karbondioksida dan air,
karena mereka ini seringkali berlimpah-limpah dalam lingkungan, tetapi oleh
beberapa bahan mentah seperti boron, misalnya diperlukan dalam jumlah sedikit
tetapi sangat langka dalam tanah. Pernyataanya bahwa “pertumbuhan sesuatu
tanaman tergantung pada jumlah bahan makanan yang disediakan baginya dalam
jumlah minimum”, inilah dikenal dengan hukum minimum Liebig. Jadi hokum minimum
ini hanya merupakan satu aspek dari konsep faktor-faktor yang membatasi yang
pada gilirannya hanya merupakan satu aspek pengendali lingkungan dari organisme. (Odum, Eugene P. 1996 ).
Faktor-faktor lingkungan sebagai faktor pembatas
ternyata tidak saja berperan sebagai faktor pembatas minimum, tetapi terdapat
pula faktor pembatas maksimum. Bagi tumbuhan tertentu misalnya faktor
lingkungan seperti suhu udara atau kadar garam (salinitas) yang terlalu
rendah/sedikit atau terlalu tinggi/banyak dapat mempengaruhi berbagai proses
fisiologinya. Faktor-faktor lingkungan tersebut dinyatakan penting jika dalam
keadaan minimum, maksimum atau optimum sangat berpengaruh terhadap proses
kehidupan tumbuh-tumbuhan menurut batas-batas toleransi tumbuhannya.
Dasar-dasar utama yang harus ditambahkan pada konsep
ini adalah sebagai berikut : Pertama, hukum minimum liebig dapat dipakai dalam
keadaan yang konstan atau tetap yaitu bila pemasukan dan pengeluaran tenaga
berada dalam keadaan seimbang misalnya CO2 adalah merupakan faktor pembatas utama
dalam danau, karena itu produktivitas seimbang dengan kecepatan penyediaan CO2
an berasal dari proses pembusukan bahan-bahan organik penyediaan cahaya,
nitrogen, fosfor dan unsure-unsur utama lainnya. Kedua, adanya faktor interaksi.
Beberapa tumbuh-tumbuhan memperlihatkan keperluan Zn yang rendah didalam tanah
akan berkurang peranannya sebagai faktor pembatas terhadap tumbuhan yang berada
di bawah naungan dibandingkan yang berada pada intensitas cahaya penuh dengan
kondisi lain yang sama.
Kemudian
masalah ini diperluas sehingga defenisinya menjadi pertumbuhan atau distribusi
spesies bergantung pada satu faktor lingkungan yang paling penting dalam
kebutuhanya.
Ada dua pembatas
hukum minimun
1.
Organisme mempunyai toleransi terhadap
setiap faktor pembatas
2.
Kebanyakan faktor bekerja secara
bersama/sinergis
(Amelia Prima Nathania)
B.
Hukum
toleransi
Kehadiran dan keberhasilan
suatu organisme bergantung kepada lengkapnya kompleks-kompeks keadaan. Keadaan
atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan atau
kelebihan secara kualitatif atau kuantitatif dari salah satu dari beberapa faktor
yang mungkin mendekati batas-batas toleransi organism tersebut.
Organisme-organisme maksimum dan minimum
ekologi dengan kisaran diantaranya yang merupakan batas-batas toleransi. Konsep
pengaruh yang membatasi dari keadaan maksimum dan minimum yang digambarkan
dalam hokum toleransi.
"Hukum toleransi
Shelford". Shelford menyebutkan bahwa tumbuhan dapat mempunyai kisaran
toleransi terhadap faktor-faktor lingkungan yang sempit (steno) untuk satu
faktor lingkungan dan luas (eury) untuk faktor lingkungan yang lain. Suatu
jenis tumbuhan yang mempunyai toleransi yang luas sebagai faktor pembatas
cenderung mempunyai sebaran jenis yang luas. Masa reproduksi merupakan masa
yang kritis untuk tumbuhan jika faktor lingkungan dan habitatnya dalam keadaan
minimum.
Dalam ekologi pernyataan taraf
relatif terhadap faktor-faktor lingkungan dinyatakan dengan awalan steno
(sempit) atau eury (luas) pada kata yang menjadi faktor lingkungan tersebut.
Misalnya toleransi yang sempit terhadap suhu udara disebut stenotermal atau
toleransi yang luas terhadap kadar pH tanah, disebut euryionik.
Pengaruh faktor-faktor lingkungan
dan kisarannya untuk suatu tumbuh-tumbuhan berbeda-beda, karena satu jenis
tumbuhan mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda menurut habitat dan
waktu yang berlainan. Tetapi pada dasarnya secara alami kehidupannya dibatasi
oleh: jumlah dan variabilitas unsur-unsur faktor lingkungan tertentu (seperti
nutrien dan faktor fisik, misalnya suhu udara) sebagai kebutuhan minimum, dan
batas toleransi tumbuhan terhadap faktor atau sejumlah faktor lingkungan
tersebut.
Victor Shelford {1913}
mencatat adanya kelemahan pada konsep Lieberg dan kemudian mengusulkan modifikasi
menjadi teori toleransi. Hal ini dikembangkan oleh Ronald Good { 1913} seorang
ahli geografi tumbuhan sehingga menjadi masing-masing spesies tumbuhan mampu hidup
baik dan berhasil memperbanyak diri hanya kalau tumbuh dalam kisaran lingkungan
tertentu: ph, kelembapan tanah, cahaya dan lain –lain.
Kisaran
toleransi bergantung pada:
1.
Lingkungan
2.
Stadia fenologis (asal usul)
3.
Masa evaluasi (Syamsurizal. 1999)
Beberapa
azas hukum toleransi:
1.
Organisme-organisme
dapat memiliki toleransi yang lebar bagi
satu factor dan kisaran yang sempit untuk lainnya
2.
Organisme-organisme
dengan kisaran-kisaran toleransi yang luas untuk semua faktor wajar memiliki
penyebaran yang paling luas
3.
Apabila
keadaan-keadaan tidak optimum bagi suatu jenis mengenai satu faktor ekologi,batas-batas
toleransi terhadap faktor-faktor ekologi lainnya dapat dikurangi berkenaan
dengan faktor ekologi lainnya.
4.
Interaksi
populasi seperti kompetisi, predatorisme, dan parasitisme mencegah organisme
dari pengambilan keuntungan terhadap kondisi lingkungan fisik yang optimum
5.
Pembiakan
merupakan masa yang kritis bila faktor lingkungan menjadi terbatas; keadaan
reproduktif seperti biji, telur, embrio, kecambah dan larva pada umumnya
mempunyai batas toleransi yang sempit.
Beberapa percobaan secara dramatis menunjukkan
bagaimana kisaran toleransi dimodifikasi oleh kompetisi. Bila gulma annual Raphanus raphanistrum dan Spergula arvensis ditumbuhkan dalam pot
terpisah dalam kondisi terkendali ,maka kurva peertumbuahn menunjukkan
persamaan kisaran tolesransi dan pH optimal.
Raphanus
sp memperlihtkan
pertumbuhan optimum pada pH 5 dan Spergula
sp menunjukkan optimum pada pH 6. Tetapi bila ditumbuhkan bersama,pH
pertumbuhan optimum Spergula sp bergeser ke pH 4 dan kisaran yang bagus untuk
pertumbuhan menjadi sempit,sedangkan pH optimum untuk Raphanus sp bergeser sedikit kearah pH 6 dan kisaran toleransi
seperti bila tumbuhan sendiri.( Elfisuir. 2010)
C.
Faktor
– faktor pembatas
Faktor pembatas adalah semua
faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan suatu organisme dalam proses
perkembangannya, termasuk faktor lingkungan. Lingkungan merupakan gabungan dari
berbagai faktor yang saling berinteraksi satu sama lainnya, tidak saja antara
biotik dan abiotik tetapi juga antara biotik dengan abiotik. Struktur dan macam
ekosistem yang ditemukan pada suatu area tergantung pada variasi keanekaragaman
faktor biotik dan abiotik. Kadang – kadang faktor presipitasi dan curah hujan
tahnannya. Faktor – faktor ini dapat menjadi faktor pembatas pada suatu
lingkungan. Faktor yang ditemukan sangat berpengaruh pada suatu ekosistem untuk
menunjukan ada atau tidaknya suatu spesies tumbuh-tumbuhan atau hewan. Faktor
pembatas dapat bervariasi dan berbeda-beda untuk setiap organisme sehingga
dapat dikelompokkan untuk melihat perkembangan dan penyebaran organisme.
Struktur dan macam ekosistem yang ditemukan pada suatu area tergantung pada variasi
keanekaragaman faktor biotik dan abiotik. Kadang-kadang faktor presipitasi dan
curah hujan tahunannya. Faktor-faktor ini dapat menjadi dapat menjadi factor
pembatas pada suatu lingkungan. Jadi struktur dari suatu ekosistem sering dapat
ditunjukkan oleh faktor pembatas. Faktor pembatas dapat bervariasi dan
berbeda-beda untuk setiap organisme sehingga dapat dikelompokkan untuk melihat
perkembangan dan penyebaran organisme.(Kamila Hayati)
Faktor
–faktor pembatas
1.
Faktor
iklim
a.
Cahaya
Intesitas cahaya dalam suatu
ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi akan menahan dan mengabsorbsi
sejumlah cahaya. Keadaan ini mengurangi jumlah cahaya yang dapat dimanfaatkan
oleh tumbuhan dasar.
b.
Suhu
Sistem kehidupan di biosfer
berfungsi dalam batas kesamaan suhu antara
0⁰c - 50⁰c dalam kesamaan suhu
ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimun,maksimun dan optimun. Suhu
demikian disebut suhu kordnal. Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu
sekitarnya karena adanya pertukaran suhu terus – menerus antara tumbuhan dan udara
c.
Ketersediaan
air
Air merupakan faktor lingkungan
yang penting karena organisme hidup memerlukan kehadiran air. Jumlah air di
bumi terbatas dan dapat berubah- rubah sesuai sirkulasinya.
Air yang masuk kadalam tanah akan
mengalami penambatan{ retensi} yaitu partikel – partikel tanah. Penambatan air
akan menyebabkan pori – pori tanah terisi air dan udara tanah terdorong keluar.
Relensi maksimal : kemampuan
maksimal dari tanah dalam menyerap air{jenuh air}.
Kapasitas lapangan : ketersediaan
air dalam tanah jumlah minimal yang masih memungkinkan tumbuhan dan organisme
tanah untuk tetap hidup.
Koefisien layu : keadaan tanah yang tidak memungkinkan
berlangsungnya kehidupan tumbuhan dan organisme tanah karena berkurangnya air
yang ada dalam pori – pori tanah.
Hilangnya air dalam tanah
dipercepat oleh :
a.
Evaporasi : penguapan dari
permukaan tanah
b.
Transpirasi : penguapan melalui daun
tumbuhan
c. Evapotranspirasi: penguapan dari permukaan tanah
melalui daun tumbuhan
Ada 3 pembagian air dalam tanah
untuk memenuhi kebutuhan vegetatif tumbuhan:
1. Air
kelebihan : kelebihan air yang terikat pada kapasitas lapangan , akibatnya :
a.
Tidak menguntungkan bagi tanaman tingkat
tinggi
b.
Meningkatkan kelembapan tanah
c.
Akar tanaman sulit untuk mengikat 0₂
d.
Terganggunya aktivitas mikroorganisme
tanah
e.
Unsur hara akan terangkat ke lapisan
atas tanah
f. Menyebabkan
terjadinya reaksi kimia yang tidak menguntungkan
2. Air
tersedia : air yang terikat antara kapasitas lapangan dengan koefisien layu
3. Air
tidak tersedia : air yang terikat dalam tanah pada titik layu permanen.
Air ini termasuk air higroskopis
dan air kapiler yang gerakannya sangat lambat untuk mencegah kelayuan tumbuhan.
(Ramli, Dzaki. 1989 )
d.
Angin
Angin merupakan pergerakan udara.
Angin timbul akibat pemanasan udara dalam hubungannya dengan permukaan bumi
serta perputaran bumi pada porosnya.
Secara umum angin berfungsi dalam:
1.
Mengangkut udara dingin atau hangat
2.
Menggerakkan awan dan kabut
3.
Mencampurkan udara sehingga perubahan
suhu tidak menyolok
4. Mempengaruhi
tumbuhan secara langsung maupun tidak langsung
e.
Curah Hujan
Curah
hujan penting untuk faktor tetap hidup dari tumbuhan darat dan hewan-hewan
karena merupakan sumber air, tanpa reaksi-reaksi kimia kehidupan tidak dapat
berlangsung terus. Pada beberapa bagian dari daerah tropis dan sub-tropis
terdapat musim panas dan musim hujan, curah hujan adalah faktor utama yang
mengatur tingkah laku musim dari makhluk hidup, teruatam daur reproduksinya.
Kebalikannya, peranan dari cahaya dan temperatur mempengaruhi tingkah laku
musim adalah ciri khas dari iklim daerah sedang. Contoh lain dari regulasi oleh
curah hujan adalah pada biji-biji dari kebanyakan tumbuhan gurun tahunan,
seperti rumput cheat, yang berkecambah hanya pada saat suatu shower (gerimis)
yang menghasilkan setengah inci hujan atau lebih. Curah hujan melakukan
pencucian pada kulit biji yaitu substansi kimia yang menghalangi pecahnya biji
itu.(Meri Yulita)
2.
Faktor
tanah meliputi
a.
Nutrisi
Tumbuhan yang
banyak menyerap nutrisi akan menghasilkan sampah organis yang kaya mineral.
Vegetasi yang menyerap sedikit nutrisi dari tanah akan menghasilkan materi
organik yang miskin mineral.
Pentingnya bahan organis dalam
tanah :
1.
Merupakan koloida tanah yang mempunyai
kapasitas yang tinggi dalam menahan air
2.
Humus merupakan salah satu faktor
penting dalam menentukan
b.
Kadar
air tanah
Lingkungan daratan dengan situasi
kelebihan air menyebabkan tanah jenuh air. Permasalahan pada situasi seperti
ini adalah minimnya udara dalam tanah, sehingga akar – akar tumbuhan sulit
bernapas dan tanah sering menjadi masam. Jika jumlah air tanah tidak memadai
untuk keperluan tumbuhan maka stomata menutup untuk mengurangi kehilangan
air berkelanjutan. Kondisi air tanah
seperti ini dikenal dengan nama titik kelayuan, dan sel – sel tumbuhan mulai
terjadi plasmolisis yang biasanya berjalan berkepanjangan. Jika situasi
kekurangan air ini terus – menerus maka tumbuhan akan mati.
Usaha – usaha untuk mengatasi
kekurangan air atau mengurangi kebutuhan tumbuhan akan air adalah :
Memperbaiki keadaan lingkungan
a.
Menambah jumlah air dengan irigasi atau
mengadakan penahan terhadap penguapan air.
b.
Mengurangi kecepatan evapotranspirasi
c.
Menghambat penguapan tanah dengan
menutup menggunakan daun
d.
Menahan kecepatan angin dengan pohon
pelindung
e.
Melakukan penjarahan
f.
Mengurangi daun dan bagian tumbuhan
lainnya
g.
Membuang gulma
h. Memberi
cairan lilin pada daun
c.
Kondisi
fisik tanah
Tanah
terbentuk dari materi organik yang berasal dari bagian biotik ekosistem dan
materi anorganik yang berasal dari bantuan akibat proses penghausan/pelapukan.
1. Faktor topografi
Topografi dalam hal ini
ketinggian dari permukaan laut dipergunakan untuk menggambaran suhu dan
kelembapan.
Pengaruh
utama dari ketinggian :
a.
Suhu biasanya menurun dan mempengaruhi
kelembapan
b.
Meningkatkan keterbukaan dan kecepatan
c.
Menerima hujan yang lebih banyak dari
pada daratan
d.
Memodifikasi kualitas cahaya
e. Meningkatkan
cahaya ultra ungu yang diterima
1. Faktor biotik
Faktor biotik merupakan semua
interaksi dari organisme hidup meliputi :
a. Kompetensi
: interaksi yang sama – sama mengambil sumber daya dari lingkungan. Kompetensi terjadi bila terdapat
efek yang saling merugikan pada dua organisme yang menggunakan sumber daya sama
dalam keadaan terbatas, karena kompetensi melibatkan dua organisme yang
menggunakan sumber daya sama.
b. Alelopati
: bagian interaksi alelokemis yang melibatkan hanya tumbuhan saja, dimana
interaksi alelohemis akan menghasilkan tambahan substansi ke lingkungan
c. Amensalisme
: interaksi yang menekan satu organisme sedangkan yang lain tetap stabil.
d. Komensalisme
: interaksi yang menstimuler satu organisme tetapi tak berpengaruh pada yang
lain.
e. Protokooperasi
: interaksi yang memacu kedua pangan , tetapi tidak bersifat obligat karena
tetap tumbuh karena adanya interaksi
f. Mutualisme
: bentuk interaksi obligat, absenya interaksi menekan kedua pasangan
g. Michorrizae
: asosiasi fungi dengan akar tumbuhan tinggi. (Syamsurizal. 1999)
Faktor Pembebasan
di Dalam Ekosistem
Keterbatasan dan toleransi di
dalam ekosistemPertumbuhan organisme yang baik dapat tercapai
bila faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan
menguntungkan. Bila salah satu faktor lingkungan tidak seimbang dengan faktor
lingkungan lain, faktor ini dapat menekan atau kadang-kadang menghentikan
pertumbuhan organisme. Faktor lingkungan yang paling tidak optimum akan
menentukan tingkat produktivitas organisme. Prinsip ini disebut sebagai prinsip
faktor pembatas. Justus Von Liebig adalah salah seorang pioner dalam hal
mempelajari pengaruh macam-macam faktor terhadap pertumbuhan organisme, dalam
hal ini adalah tanaman. Liebig menemukan pada tanaman percobaannya bahwa
pertumbuhan tanaman akan terbatas karena terbatasnya unsur hara yang diperlukan
dalam jumlah kecil dan ketersediaan di alam hanya sedikit. Oleh karena itu,
Liebig menyatakan di dalam Hukum Minimum Liebig yaitu: “Pertumbuhan tanaman
tergantung pada unsur atau senyawa yang berada dalam keadaan minimum”.
Organisme mempunyai batas maksimum dan minimum ekologi, yaitu kisaran toleransi
dan ini merupakan konsep hukum toleransi Shelford. Di dalam hukum toleransi
Shelford dikatakan bahwa besar populasi dan penyebaran suatu jenis makhluk
hidup dapat dikendalikan dengan faktor yang melampaui batas toleransi maksimum
atau minimum dan mendekati batas toleransi maka populasi atau makhluk hidup itu
akan berada dalam keadaan tertekan (stress), sehingga apabila melampaui batas
itu yaitu lebih rendah dari batas toleransi minimum atau lebih tinggi dari
batas toleransi maksimum, maka makhluk hidup itu akan mati dan populasinya akan
punah dari sistem tersebut. Untuk menyatakan derajat toleransi sering dipakai
istilah steno untuk sempit dan euri untuk luas. Cahaya, temperatur dan air
secara ekologis merupakan faktor lingkungan yang penting untuk daratan,
sedangkan cahaya, temperatur dan kadar garam merupakan faktor lingkungan yang
penting untuk lautan. Semua faktor fisik alami tidak hanya merupakan faktor
pembatas dalam arti yang merugikan akan tetapi juga merupakan faktor pengatur
dalam arti yang menguntungkan sehingga komunitas selalu dalam keadaan
keseimbangan atau homeostatis. ( Burnie, David. 2005 )
Faktor Fisik Sebagai
Faktor Pembatas, Lingkungan Mikro dan Indikator Ekologi
Lingkungan mikro merupakan suatu habitat organisme
yang mempunyai hubungan faktor-faktor fisiknya dengan lingkungan sekitar yang
banyak dipengaruhi oleh iklim mikro dan perbedaan topografi. Perbedaan iklim
mikro ini dapat menghasilkan komunitas yang ada berbeda. Suatu faktor
lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah.
Karena suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan
pada suatu daerah, maka sebaliknya dapat ditentukan keadaan lingkungan fisik
dari organisme yang ditemukan pada suatu daerah. Organisme inilah yang disebut
indikator ekologi (indikator biologi). Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menggunakan indikator biologi adalah:
a)
umumnya organisme steno, yang merupakan indikator yang lebih baik daripada
organisme euri. Jenis tanaman indikator ini sering bukan merupakan organisme
yang terbanyak dalam suatu komunitas.
b)
spesies atau jenis yang besar umumnya merupakan indikator yang lebih baik dari
pada spesies yang kecil, karena spesies dengan anggota organisme yang besar
mempunyai biomassa yang besar pada umumnya lebih stabil. Juga karena turnover
rate organisme kecil sekarang yang ada/hidup mungkin besok sudah tidak
ada/mati. Oleh karena itu, tidak ada spesies algae yang dipakai sebagai
indikator ekologi.
c)
sebelum yakin terhadap satu spesies atau kelompok spesies yang akan digunakan
sebagai indikator, seharusnya kelimpahannya di alam telah diketahui terlebih
dahulu.
d) semakin banyak hubungan antarspesies, populasi atau komunitas
seringkali menjadi faktor yang semakin baik apabila dibandingkan dengan
menggunakan satu spesies.
( Elfisuir. 2010 )
Faktor pembatas ini dapat
dicontohkan dari jurnal Charles Y. Bora dan B. Murdelelono yang berjudul
“Pengaruh pemupukan pada budidaya jagung Ahuklean di Besikama, Belu, NTT. Dari
penelitian tersebut dapat diketahui hasilnya, dimana penanaman jagung ahuklean
yang dilakukan pada musim kemarau tanpa curah hujan dan hanya mengandalkan
kelembaban (lengas) tanah diduga merupakan salah satu factor penyebab
penggunaan pupuk tidak efektif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Karena
air merupakan salah satu syarat penting yang berfungsi sebagai pelarut pupuk.
Jadi, factor pembatas utama untuk pemupukan jagung ahuklean adalah air sebagai
pelarut pupuk sehingga kurang efektif terutama pupuk anorganik. (Charles Y.
Bora dan B. Murdelelono, 2006. “Jurnal
Pengaruh pemupukan pada budidaya jagung Ahuklean di Besikama, belu, NTT”).(
Ayu Retramadani)
DAFTAR PUSTAKA
Burnie,
David. 2005. Bengkel ilmu ekologi.
Jakarta: Erlangga
Charles. Y.
Bora dan B. Murdelelono. 2006. “Pemupukan
pada budidaya jagung Ahuklean di Besikama, belu, NTT”.
Elfisuir. 2010. Lingkungan
sebagai factor pembatas. (http://elfisuir.blogspot.com/2010/02/lingkungan-sebagai-faktor-pembatas.html)
Odum,
Eugene P. 1996. Dasar-dasar
Ekologi.Georgia:University Of Georgia Athens
Ramli,dzaki.1989.Ekologi.Jakarta : Dikti
Ramli,
Dzaki. 1989. Ekologi. Jakarta :
Depdikbud
Syamsurizal.
1999 .Pengantar Ekologi Tumbuhan.Padang:UNP